Explore
Also Available in:

Ilah ‘yang tak dikenal’ yang berasal dari Tiongkok

Tulisan gambar Purbakala merujuk pada Alkitab

oleh Ethel Nelson
penerjemah: Sammy Wiriadinata Lee, June 2010

Terracotta warriors

Wajah-wajah real dari ‘tentara roh’ bangsa Tionghoa dalam bentuk terracotta purbakala yang terkenal menerawang melewati kurun sejarah sepanjang 2200 tahun. 7000 patung-patung tembikar, bersama dengan ratusan kuda-kuda dan replika kereta-kereta, merupakan sebagian dari kompleks pekuburan yang meliputi areal seluas dua kilometre persegi. Pasukan ‘tentara’ itu disusun dalam formasi perang, dengan siaga tetap mengawal sisa-sisa jenazah peninggalan kaisar Tionghoa dari dinasti Chin (kira-kira tahun 221–206 SM) dalam ‘kehidupan dialam baka’. Kaisar-kaisar yang terdahulu dari Tiongkok, seperti halnya juga dengan banyak kebudayaan purba bangsa lainnya, mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai Allah Pencipta yang maha tinggi. Namun pemelintiran dan kesalahan-kesalahan merayap masuk sepanjang zaman sehingga pengetahuan tentang Allah yang tunggal itu sebagian besar telah hilang.

Sebuah misteri sehubungan dengan Kuil Langit yang telah berusia 450 tahun di kompleks wisata Beijing, China. Mengapa para kaisar mengorbankan lembu diatas Mezbah Langit dari marmer putih yang besar dalam suatu upacara tahunan yang merupakan upacara perayaan terpenting dan penuh warna, yang diberikan julukan ‘Korban Perbatasan’? Ritus ini berakhir di tahun 1911 ketika kaisar yang terakhir digulingkan. Namun upacara korban itu bukan baru dimulai hanya 450 tahun yang lalu. Upacara itu sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu. Salah satu dari catatan tentang Korban Perbatasan ini dapat dijumpai dalam buku Shu Jing (Buku Sejarah), yang disusun oleh Kong Hu Zhu, dimana di catat bahwa Kaisar Shun (yang memerintahkan dari sekitar tahun 2256 SM, sampai 2205 SM waktu dinasti Tiongkok yang pertama dimulai) bahwa ‘dia mengadakan korban bagi ShangDi.’1

Siapakah ShangDi? Nama ini secara literal berarti ‘Penguasa Langit.’ Dengan meninjau ucapan doa yang harus digunakan pada upacara Korban Perbatasan, dan dicatat dalam Peraturan Dinasti Ming (1368 TM) maka kita dapat mulai mengerti penghormatan terhadap ShangDi itu. Mengambil bagian dalam upacara ini, kaisar pertama-tama mengadakan meditasi pada Kuil Langit (Serambi Kaisar) sementara para biduan yang diiringi pemain music, menyanyikan:

‘Kepada Mu, Oh Pembuat yang bekerja dengan penuh keajaiban, aku memandang dalam pikiranku … . Dengan upacara agung aku memuja Engkau. HambaMu ini, hanyalah bagaikan sebatang bambu atau pohon yangliu, hatiku sama seperti hati seekor semut; namun aku telah menerima keputusanMu yang penuh kemurahan, dengan mengangkat kau menjadi penguasa dari kerajaan ini. Aku dengan dalam merasakan kebodohanku dan kebutaanku, dan aku takut, jangan sampai aku tidak layak untuk menerima rahmatMu yang besar. Sebab itu aku berjanji akan mematuhi semua peraturan dan perintah, dan berusaha, betapa tak berartinya pun aku ini, untuk melaksanakan semua tugas dengan setia. Dari kejauhan dibawah ini, aku memandang kepada istana samawiMu. Datanglah dalam keretamu yang maha berharga itu ke mezbah ini. HambaMu ini dengan penuh penghormatan bersujud dengan kepalaku ketanah, mengharapkan rahmutMu yang limpah … . Oh kiranya Engkau berkenan menerima persembahan kami, dan memandang kami, sementara kami menyembah Engkau, yang kebaikannya tak pernah habis!’2
Photo Wikipedia.org The Great Wall Of China

Tembok Besar Tiongkok. Dibangun dua abad sebelum kelahiran Kristus, itu menjadi keajaiban ilmu bangunan teknik walaupun telah dibangun dengan korban nyawa manusia yang luar biasa banyaknya.

Demikanlah kita bisa menelusuri bagaimana kaisar menyembah ShangDi. Apakah mungkin kita melacak tujuan yang orisinil dari upacara kuno yang memesonakan ini? Sementara kaisar mengambil bagian dalam upacara tahunan bagi ShangDi ini, maka kata-kata yang berikut ini harus diucapkannya, yang sangat jelas menunjukkan bahwa ShangDi itu adalah Pencipta dunia ini:

‘Dizaman dulu pada awal kejadian, ada suatu kekacauan besar, tanpa wujud dan gelap. Ke lima unsure alam (planet-planet) belum beredar, dan matahari serta bulan pun belum bersinar. Engkau, Oh Penguasa Roh, pertama-tama membagikan yang kasar dari yang murni. Engkau menjadikan langit. Engkau menjadikan bumi. Engkau menjadikan manusia. Semuanya dengan kekuasaan berkembang biak telah memperoleh wujudnya’3

Bagi orang Kristen, bacaan yang diatas itu kedengaran sangat akrab pada telinga kita. Betapa dekatnya bunyinya dengan pasal pembukaan dari kitab Kejadian! Perhatikan persamaannya dengan cuplikan dari kisah yang lebih mendetail dari catatan dalam bahasa Ibrani:

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya … .,

Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.

Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.

Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. …

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, … ’ (Kejadian 1:1–2, 9–10, 16, 27–28)

Chinese characters

ShangDi, Allah Pencipta dari bangsa Tionghoa, tampak jelas adalah Allah Pencipta yang sama dari orang Ibrani. Malah sebenarnya salah satu dari nama-nama yang digunakan orang Ibrani untuk memanggil Allah adalah El Shaddai, yang secara fonetik sangat mirip dengan ShangDi. Malah lebih mirip lagi adalah ucapan ShangDi dari zaman permulaan Dinasti Zhou yaitu ‘djanh-tigh’ [Zhand-dai].4 Satu nama lain untuk Allah mereka yang digunakan oleh orang Tionghoa purbakala yang dapat digunakan bergantian dengan ShangDi adalah Langit (Tian). Zheng Xuan seorang terpelajar pada zaman permulaan dari dinasti Han berkata, “ShangDi adalah nama lain dari Langit (Tian)”.5 Ahli filsafat yang besar, Motze (408-382 SM) juga berpikir bahwa Langit (Tian) itu adalah Allah Pencipta:

‘Saya tahu Langit sangat mencintai manusia bukan tanpa sebab. Langit memerintahkan matahari, bulan, dan bintang-bintang untuk menerangi dan memandu mereka. Langit menentukan keempat musim, Semi, Gugur, Dingin dan Panas, untuk mengatur mereka. Langit menurunkan salju, hujan dan embun untuk menumbuhkan lima biji-bijian dan bulu serta sutera supaya manusia boleh menggunakan dan menikmatinya. Langit menebuhkan bukit-bukit dan sungai, air terjun dan lembah, dan mengatur banyak hal untuk melayani bagi kebaikan manusia atau membawa kejahatan.’6

Bagaimanakah ShangDi menciptakan semuanya? Disini ada satu lagi bacaan lebih lanjut dari ritus Korban Perbatasan:

‘Ketika Te [ShangDi], Tuhan, telah mendekritkan, Dia memerintahkan terjadinya langit, bumi, dan manusia. Diantara langit dan bumi Dia meletakkannya dengan teratur manusia dan benda-benda, semuanya dibentangi oleh langit’7

Perhatikan bagaimana ShangDi “memanggil untuk terjadi,’ atau memerintahkan langit dan bumi untuk muncul.

Bandingkan ini dengan ayat bahasa Ibrani ini menguraikan cara penciptaan oleh El Shaddai, yang, menurut anggapan kami, adalah sama dengan ShangDi, dan persamaan dalam nama dan peranannya menyatakan demikian:

‘ … Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya … Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada. … (Mazmur 33:6, 9).

Kita belum menjelaskan maksud dari korban lembu dari kaisar-kaisar itu kepada ShangDi. Marilah kia bandingkan korban bangsa Tionghoa ini dengan instruksi yang diberikan Allah kepada bangsa Ibrani:

‘Ambillah bagimu sendiri seekor lembu muda, untuk korban penghapus dosa, dan seekor domba jantan untuk korban bakaran, kedua-duanya yang tidak bercela, kemudian persembahkanlah itu di hadapan TUHAN.’ (Imamat 9:2)—suatu kebiasaan yang sudah dimulai sejak awal zaman (Kejadian 4:3,4; 8:20).
The Temple of Heaven in Beijing, China

Kuil Langit di Beijing, Tiongkok

Asal mulanya Korban Perbatasan itu tampaknya dijelaskan dalam buku, God’s Promise to the Chinese.8 Pengarang-pengarangnya, Nelson, Broadberry, dan Chock telah menganalisa bentuk tulisan Tionghoa yang kuno dan menemukan ajaran-ajaran dasar Kristen. Didalam tulisan-tulisan ini, yang sudah ada sebelum zaman Musa—kita dapati seluruh cerita penciptaan, penggodaan, dan kejatuhan manusia kedalam dosa, dan obat penangkal dari Allah untuk dosa dalam korban-korban binatang, yang menunjuk kepada kedatangan Penebus, Yesus Kristus. Semua unsur dari kisah dalam Kejadian didapati tercatat, dan masih digunakan sampai sekarang, dalam tulisan aksara Tionghoa.

Kotak yang disamping menunjukkan beberapa kenyataan mengejutkan tentang tulisan Tionghoa ini, menyatakan bahwa kita ini semuanya mempunyai perhubungan satu sama lain—dan ini terjadi belum begitu lama dimasa lalu. Semua manusia didunia ini, bukan hanya bangsa Tionghoa, adalah berasal dari penduduk di Babel, peradaban yang mula pertama sesudah Air Bah. Tuhan pertama-tama memberikan janjiNya tentang kedatangan penebus, ‘Benih dari Perempuan,’ dalam Kejadian (3:15). Korban yang membayangkan kedatangan Domba Allah, Pencipta dan Penebus, sudah sama umurnya dengan manusia.

CATATAN: Untuk detail yang lebih bersifat teknis, baca The Lamb of God hidden in the ancient Chinese characters (PDF) dalam Journal of Creation (TJ) 13(1).

Juga baca: Chinese Characters and Genesis untuk tulisan Tionghoa ukuran besar yang dapat dikutip yang menyatakan bahwa bangsa Tionghoa purbakala tahu tentang kabar Injil yang diketemukan dalam buku Kejadian.

Jikalau seorang Tionghoa mengatakan kepada anda bahwa Kekristenan itu adalah ‘agama orang asing,’ anda dapat menjelaskan kepadanya bahwa orang Tionghoa dizaman purbakala menyembah Allah yang sama yang disembah orang-orang Kristen sekarang ini. Sebagaimana bangsa Ibrani sering lakukan, leluhur bangsa Tionghoa yang sekarang juga telah menyeleweng jauh kepada ilah-ilah palsu; ingatan tentang siapa Allah mereka yang semula sudah menjadi kabur dengan berlalunya zaman.9 Aksara Tionghoa purbakala memberikan bukti yang kuat tentang kebenaran sejarah yang dituliskan dalam kitab Kejadian.

Referensi dan catatan

  1. James Legge, The Chinese Classics (Vol. III), pp. 33–34, The Shoo King: Canon of Shun, Taipei, Southern Materials Centre Inc., 1983 Kembali kepada bacaan
  2. James Legge, The Notions of the Chinese Concerning God and Spirits, Hong Kong, Hong Kong Register Office, pp. 24–25, 1852. Kembali kepada bacaan
  3. Ref. 2 p. 28. Kembali kepada bacaan
  4. Schuessler, Axel, A Dictionary of Early Zhou Chinese, University of Hawaii Press. Honolulu, pp. 123, 528, 1987. Kembali kepada bacaan
  5. Lung Ch’uan Kwei T’ai Lang, Shih Chi Hui Chu K’ao Cheng, Taipei, Han Ching Wen Hua Enterprise Co. Ltd., p. 497, 1983 Kembali kepada bacaan
  6. The Works of Motze, Taipei, Confucius Publishing Co., p. 290. Kembali kepada bacaan
  7. Ref. 2, p. 29. Kembali kepada bacaan.
  8. Read Books Publisher, Dunlap, UN, USA, 1997. Kembali kepada bacaan
  9. This was of course the near-universal experience of all tribes and nations. Kembali kepada bacaan