Explore
Also Available in:

Manusia Penghuni Gua Dalam Alkitab

oleh: David Catchpoole
penerjemah: Sammy Wiriadinata Lee, June 2010

Foto-foto oleh Tas Walker Penduduk di kota tambang-opal Coober Pedy, Australia, hidup di gua-gua seperti ini, lengkap dengan dapur dan perabot rumah dan penerangan modern yang nyaman.

Penduduk di kota tambang-opal Coober Pedy, Australia, hidup di gua-gua seperti ini, lengkap dengan dapur dan perabot rumah dan penerangan modern yang nyaman.

Penduduk di kota tambang-opal Coober Pedy, Australia, hidup di gua-gua seperti ini, lengkap dengan dapur dan perabot rumah dan penerangan modern yang nyaman.
Penduduk di kota tambang-opal Coober Pedy, Australia, hidup di gua-gua seperti ini, lengkap dengan dapur dan perabot rumah dan penerangan modern yang nyaman.

Kisah rekayasa yang selalu dipegang tentang manusia yang pertama-tama sebagai manusia “Zaman Batu” yang belum mengetahui sistim pertanian tidak cocok sama sekali dengan catatan sejarah Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Adam pada zamannya, mengerjakan tanah atau bertani, (Kejadian 4:2—menyusul peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam Kejadian 2:15 dan 3:17), mereka menempa tembaga dan perkakas dari besi (4:22) dan memainkan alat-alat music. Tidak pernah ada yang disebutkan “Zaman Batu”!1 (Bahkan tidak pun istilah evolusionis “Zaman Tembaga” atau “Zaman Besi” dalam hal ini.)

Jadi bagaimana kita bisa menerangkan mengenai bukti-bukti yang limpah tentang manusia penghuni-gua zaman purba, seperti gua-gua dengan abu api unggun, sisa-sisa makanan dan ukiran-ukiran dari arang yang tertera pada dinding-dinding gua?

Pertama-tama kita dapa memperhatikan bahwa gua-gua yang kita bisa lihat didunia sekarang ini adalah terjadi pasca-Air Bah. Malah sebagai fakta, keberadaannya—yakni pembentukannya dan penyebarannya diseluruh muka bumi menjelaskan tentang kondisi yang telah terjadi akibat dari Air Bah secara global di zaman Nuh (Kejadian 6–9).2

Kedua, kita bisa melihat bagaimana Alkitab sendiri menyebutkan banyak kali tentang orang-orang yang tinggal di gua-gua (pasca-Nuh dan pasca-Babil). Namun, mereka itu bukanlah “manusia gua” seperti yang didefiniskan oleh istilah evolusionis. Sebaliknya, mereka itu adalah “manusia yang penuh”—yakni keturunan dari Adam (dan Nuh)—yang oleh sebab satu dan lain hal3 telah hidup di gua-gua.

Ini termasuk pengungsi dari Sodom dan Gomora yang lolos dari kebinasaan—Lot dan kedua anak perempuannya (Kejadian 19:30), Kelima raja-raja Amori yang menyembunyikan diri dari Yehushua (Yehushua 10:16–18,22), dan Simson di gua Etam (Hakim-hakim 15:8).

Ketika Daud meninggalkan Gat dia menyembunyikan dirinya di gua Adullam (1 Samuel 22:1), dan kemudian dia dengan pengikut-pengikutnya berada di belakang gua En Gedi ketika Saul memasuki gua itu (1 Samuel 24:1–4). Yang lainnya yang tinggal di gua-gua adalah Elia (1 Raja-raja 19:9,13), seratus nabi-nabinya Obadya (yang dia sediakan bekal makanan dan air—1 Raja-raja 18:4,13), ‘orang-orang Israel’ ketika bangsa Filistin berkemah di Mikmash (1 Samuel 13:6), dan orang-orang Israel di zaman Gideon (Hakim-hakim 6:2).

Ini dan banyak lagi orang-orang lain dalam sejarah mendapati cukup nyaman hidup didalam saat-saat yang berlainan4,5 (dan bahkan sekarang pun—lihat foto-foto) mereka bukan “primitive”, prasejarah”, “Zaman Batu” atau manusia setengah binatang, atau makhluk lebih rendah sesuai lagu yang selalu didengungkan evolusionis. Mereka semua ini adalah keturunan dari sepasang manusia pertama yang diciptakan menurut gambar dan rupa Pencipta (Kejadian 1:27), dengan kapasitas terbentuk didalam mereka untuk berpikir secara cerdas, dan berbicara dan memilik kreativitas.

Sebagai penglahiran dari dorongan kreativitas mereka, dan sebagai pengalihan perhatian mereka waktu terkurung dalam gua itu, mereka menghabiskan waktu dengan menggambar lukisan-lukisan memakai arang pada dinding gua atau mengarang syair-syair. Misalnya, dua diantara Mazmur, telah dituliskan oleh Daud ketika dia berada ‘didalam gua’ (Mazmur 57,142—lihat judul), suatu catatan mengesankan mengenai jeritannya kepada Tuhan. Tuhan yang sama juga telah berkata bahwa akan ada orang-orang yang mendiami gua-gua dihari depan, ketika mereka akan menyembunyikan diri mereka dari Dia (Yesaya 2:19,21; Wahyu 6:15), tetapi sia-sia (Yeremia 23:24).

Referensi dan catatan

  1. Lihat juga: Niemand, R., The Stone Age a figment of the imagination? Creation 27(4):13, 2005, <creation.com/stone>. Kembali kepada bacaan.
  2. Silvestru, E., Caves for all seasons, Creation 25(3):44–49, 2003; <creation.com/all-seasons>. Juga lihat Emil Silvestru’s DVD presentation: Geology and Cave Formation A Post-Flood Story”. Kembali kepada bacaan.
  3. Didalam beberapa kasus pencetusnya mungkin merupakan peristiwa yang traumatik (misalnya, disebabkan perang atau bencana alam), dimana mengakibatkan kehilangan keahlian bermasyarakat (misalnya, pengetahuan membangun dan pertanian). Lihat: Catchpoole, D., The people that forgot time (and much else, too), Creation 30(3):34–37, 2008; <creation.com/all-seasons>. Kembali kepada bacaan. Kembali kepada bacaan.
  4. Referensi lainnya dalam Alkitab termasuk Yeremia 49:8,30, Yehezkiel 33:27 and Ibrani 11:38. Kembali kepada bacaan. Kembali kepada bacaan.
  5. Lihat contohnya., Mizzi, J. and Matthews, M., The amazing cave people of Malta, Creation 26(1):40–43, 2003; <creation.com/malta>. Kembali kepada bacaan. Kembali kepada bacaan.